Rabu, 19 Februari 2014

YHWH IS OUR KEEPER

YHWH IS OUR KEEPER
(MAZMUR 121)
Saya teringat akan kejadian yang terjadi disaat saya masih SD kelas 4 yaitu terjadi perang. Pada saat itu tepat pukul 03.00 dini hari, Desa kami diseranga oleh sekelompok orang dengan senjata api R 16, situasi itu membuat semuanya panik dan masing-masing menyelematkan diri agar terhindar dari peluru yang ditembakan. Kamipun bingung dalam rumah, sebab rumah tetangga kami telah di bakar dan jika kami lari keluar dari rumah pasti ketahuan dan kami pasti di bunuh. Karena keadaan sudah sangat mendesak kamipun terpaksa lari keluar lewat pintu belkang, lalu lari menyusuri sungai kemudia mendaki ke atas gunung dengan tdk ada alas kaki, kami berlari memasuki hutan duri, alang-alang tapi yang membuat saya heran adalah tidak ada luka goresan sedikit pun pada tubu saya. Kami berjalan terkadang berlari dan lebih menyedihkan lagi saya terpisah dengan saudara-saudara saya, tidak tau entah mereka masih hidup atau tidak 9Pemikiranku saat itu). Di pagi hari saya berjalan mengikuti orang-orang yg senasib dgn saya dan kamipun tiba di tempat pengungsian dengan keadaan selamat meskipun dalam perjalanan menuju pengungsian itu sangat sulit, sebab kami harus makan pisang mentah, minum air got (Bekas minuman sapi), jatuh terguling dari atas gunung, dan semuanya itu tdk membuat kesehatan kami terganggu.
Dan setelah 1 bulan mengungsi saya pun bertemu dengan Bapak, dan kedua adik saya (Ibu sudah meninggal) dan saya juga bertemu dengan sepupu-sepupu saya, kami semua dalam keadaan sehat.

Dari kejadian ini saya melihat pertolongan Tuhan atas hidup saya (Waktu itu saya blm kenal Tuhan) dan Tuhan membawa saya kedalam jalan-jalannya sampai saat ini bisa melayani ABBA didalam nama Tuha Yeshua dengan semua kelebihan dan kekurangan saya. Baru berjalan 4 tahun saya berjalan didalam jalan-jalan Tuhan dan mengenal hukum-hukumnya, dan saya melihat keajaiban-keajaiban yang ABBA lakukan dalam hidup saya,dan kejadian dlm cerita diatas adalah ujian buat saya untuk menghadapi situasi saat ini dan yang akan datang, dimana Tuhan mau menunjukan kasih dan penyertaan Nya sekarang sampai selama-lama-Nya yang begitu besar bagi kita ciptaannya. Utnuk itu mengucap syukurlah dalam segala hal sebab segala sesuatu terjadi tidak secara kebetulan, dan biarlah kita belajar untuk mengucap Syukur dalam keadaan susah maupun senang (1 Tesalonika 5 : 18). ABBA YHWH selalu menyertai kita kemanapun kaki kita melangkah, dan dalam situasi apapun ABBA tetap ada didekat kita. Amin.....!

Senin, 06 Januari 2014

ALASAN YANG DIBUAT-BUAT

ALASAN YANG DIBUAT-BUAT

December 3, 2013 at 4:03pm

Dan Elohim berfirman lagi kepada Moshe / Musa, “Katakan demikian kepada bani Yisrael: YAHWEH, Elohimnya leluhurmu, Elohimnya Avraham, Elohimnya Yitskhaq, dan Elohimnya Yaaqov, telah mengutus aku kepadamu. Itulah Nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah pengingat bagi-Ku turun-temurun.”

Keluaran 3: 15

     Ayat tersebut sangat jelas bahwa Nama sesembahan sang pencipta langit dan bumi yang juga nama sesembahan umat Yisrael itu adalah YAHWEH (dibaca YAHWE), namun bagi orang yang ANTI dengan nama YAHWEH (tentu ANTI juga dengan pribadi YAHWEH) melandaskan pengertiannya pada ayat 14 yang berbunyi: “Dan berfirmanlah Elohim kepada Moshe, “Aku Ada Yang Aku Ada.” Lalu Dia berfirman, “Engkau akan mengatakan hal ini kepada bani Yisrael: Aku Ada, telah mengutus aku kepadamu.”

     Padahal kalau mengacu kepada ayat tersebut, merupakan kesalahan fatal karena ayat tersebut tidak menyatakan NAMA Elohim, melainkan menyatakan EKSISTENSINYA atau KEBERADAANNYA bahwa Elohim / Tuhan itu ADA. Tidak ada Tuhan bernama “Aku Ada Yang Aku Ada”, terbukti tidak ada satu ayat pun yang mengatakan: “Aku Ada Yang Aku Ada berfirman: ……” Kalimat tersebut sama sekali TIDAK ADA dalam Firman Tuhan, jadi sebaiknya jangan mengada-ada dan diada-adakan, karena mengaburkan makna sesungguhnya, sebab sesuai Kitab yang berbahasa Ibrani Nama-Nya adalah YAHWEH seperti yang tertulis dalam kitab Yeshayahu / Yesaya 42: 8 yang berbunyi : “Ani YAHWEH hu sh’mi” yang artinya “Aku YAHWEH, itu nama-Ku”

     Dan NAMA tersebut harus diingat sampai turun-temurun, karena pribadinya tetap ADA turun-temurun, apalagi Kitab Mazmur 72: 17 mengatakan “Nama-Nya akan tetap untuk selama-lamanya, nama-Nya akan tetap selagi matahari ada, dan mereka saling memberkati dalam Nama-Nya, dan segala bangsa akan diberkati oleh-Nya.” Namun manusia yang tidak mengerti atau dirasuk setanlah yang selalu berusaha untuk meniadakannya. Dan itu jelas-jelas merupakan pelanggaran terhadap Firman Elohim.Apapun usaha manusia untuk melupakan-Nya… tetap saja nama-Nya kekal dan DIA sendirilah yang akan menyatakan kebenarannya.

     Banyak hal manusia berusaha untuk menghilangkan nama-Nya, cara yang sudah saya bahas beberapa waktu lalu adalah dengan mengatakan bahwa nama-Nya tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana mengucapkannya, padahal kalau memang tidak ada seorang pun yang tahu mengucapkannya, mengapa selama ini sudah bisa diterjemahkan? Dan Kitab Talmud juga mengatakan bahwa di Bait Suci umat-Nya memanggil nama-Nya,bukan memanggil sebutannya seperti Bapa, Adonai, Ha-Shem, Tuhan, Elohim dan sebagainya. Ada alasan lain yang intinya tetap sama, yaitu usaha-usaha setan agar manusia melupakan nama-Nya, padahal Firman Tuhan mengajar agar nama-Nya tetap diserukan dan dipanggil. Baca 1 Tawarikh 16: 8, Mazmur 105: 1 dan lain-lain.

     Setan berusaha agar nama-Nya dilupakan, karena dengan tidak disebut tentu saja bisa terlupakan, seperti yang pernah dilakukan oleh orang Yahudi, sehingga pernah terjadi 1 generasi tidak mengenal nama YAHWEH dan segala perbuatan-perbuatan dahsyat yang pernah YAHWEH lakukan bagi mereka (Hakim 2: 10-11).

     Cara berikut yang juga menyimpang dari Firman Tuhan adalah bahwa Nama YAHWEH hanya bisa dan boleh disebut di dalam ruangan bait suci saja, kalau diluar dilarang. Saya akan ungkapkan bahwa hal tersebut merupakan larangan dari manusia, bukan Firman Tuhan yang melarang, kalau sesuai Firman Tuhan justru Tuhan menghendaki nama-Nya tetap disebut dan dipanggil dari generasi ke generasi atau turun-temurun. Nah lalu kenapa ada yang mengatakan demikian? Artinya boleh disebut hanya kalau di bait suci saja? Ternyata larangan tersebut ditulis dalam Kitab Talmud, yaitu di Misnah Sotah 7: 6, Berakhot Sotah 38b dan Misnah Tamid 7: 2 dimana ayat-ayat tersebut dimaknai oleh orang-orang Yahudi setelah mereka pulang dari pembuangan Babilonia sehingga para rabi mereka memutuskan untuk tidak menyebut YHWH (YAHWEH) ketika membaca kitab suci atau berkhotbah namun menggantikannya dengan sapaan penghormatan Adonai (Tuan) dan HaShem (Nama itu), dimana di Talmud dikatakan “…. Di tempat suci, seseorang mengucapkan sang nama sebagaimana tertulis, namun diluar tempat itu harus dalam bentuk euphemisme” nah yang menjadi pertanyaannya, Anda mau lebih taat kepada siapa? Taat kepada pendapat para rabi atau perintah Firman, kalau di bait suci bisa disebut, berarti khan orang Yahudi mengerti bagaimana mengucapkannya, kalau dikatakan tidak ada yang tahu bagaimana mengucapkannya, mengapa selama ini bisa diterjemahkan? Dan jika Anda mengikutinya, berarti Anda Yudaisme dan berpegang pada Talmud juga.

     Yeshua / Yesus sendiri juga mengajar untuk mengasihi YAHWEH lebih dari segalanya, perhatikan ayat berikut ini: "Wayomer YESHUA elaiw we’ahav’tta et YAHWEH Eloheikha, be’kal-levav’kha uv’kal-nafshe’kha uvkal-maddaekha" yang artinya : "Dan YESHUA berkata kepadanya, “Kasihilah YAHWEH, Elohimmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Mattai / Matius 22: 37










     Kalau YESHUA / YESUS saja mengajar untuk mengasihi YAHWEH, kenapa Anda tetap menolak? Lalu YESHUA / YESUS yang mana lagi yang Anda ikuti? Kitab Suci mengajarkan kepada kita, takutlah kepada Elohim yang mampu membunuh tubuh dan mencampakkannya ke dalam neraka (Mattai / Matius 10: 28), jangan takut kepada Sinode, Pemimpin gereja atau institusi-institusi duniawi yang tidak sesuai FIrman Tuhan. HaleluYah (Halelu=Pujilah dan Yah=YAHWEH), jadi HaleluYah itu artinya Pujilah YAHWEH, kalau menolak YAHWEH, silakan konsekuen, mulai sekarang jangan lagi berseru HaleluYah.

Selasa, 31 Desember 2013

BUAH PERTOBATAN

Ketika kita membaca pernyataan berikut, “Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Tuhan kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun” (Luk 3:1-2), kita hanya mendapatkan latar belakang sosial politik ketika Yohanes melaksanakan tugas mempersiapkan kedatangan Mesias.

Dapatkah kita mendapatkan keterangan mengenai latar belakang munculnya pernyataan dan kotbah Yohanes Pembaptis sbb: “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk YHWH, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari YHWH” (Luk 3:3-6).

Pernyataan Yohanes di atas dapat kita telusuri dengan melacak jejak dan latar belakang keagamaan orang Yahudi yaitu Yudaisme yang mengalami perjalanan panjang hingga mencapai bentuk modernya saat ini. Apakah Yudaisme dan mengapa Yudaisme?

Yudaisme adalah agama orang Israel (Yahudi) yang berpusatkan pada Tuhan YHWH sebagai Pencipta dan Torah-Nya yang diberikan sebagai pedoman spiritual dan moralitas. Yohanes adalah bagian dari Yudaisme. Yesus adalah bagian dari Yudaisme. Paulus, Yakobus, Petrus dan semua tokoh yang berhubungan dengan Yesus adalah bagian dari Yudaisme.

Yesus, Paulus, Yakobus, Petrus, Yohanes dan orang-orang di seputar Yesus bukan Kristen dan tidak pernah mendirikan agama Kristen. Mereka semua bagian dari sistem keagamaan Yudaisme dengan pemahaman mengenai Akidah (Emunah), Ibadah (Avodah) serta Akhlaq (Halakah) yang khas Yudaisme. Perbedaannya adalah ketika Yesus menyatakan dirinya adalah Mesias dan Anak Tuhan dan menawarkan kehidupan kekal kepada barangsiapa yang mempercayai dirinya, maka terpecahlah pemahaman banyak orang Yahudi saat itu. Sebagian menolak dan sebagian menerima.

Puncak penolakkan orang Yahudi adalah saat mereka mengadili dan menyiksa serta menyalibkan Yesus di bukit Golgota. Mereka yang percaya dirinya Mesias menerima kebangkitannya dari kematian sebagai peristiwa nyata dan menyelamatkan. Sementara mereka yang menolak menyatakan bahwa itu adalah dusta para murid Yesus.

Kelak, ketika pemberitaan Injil mengenai karya Mesianis Yesus yang mati di kayu salib dan bangkit dari kematian diberitakan hingga luar Yerusalem, terbentuklah dua komunitas jemaat yaitu jemaat Mesias Yahudi dan jemaat Mesias non Yahudi. Jemaat Mesias Yahudi kelak disebut dengan Christianoi (Kis 11:24) dan berpusat di Anthiokhia yang kelak akan menjadi Kristen Ortodox, Katolik, Protestan dan pecahan-pecahan lainnya. Sementara komunitas jemaat Mesias Yahudi disebut dengan Nazoraios atau Nazarene(Kis 24:5).

Sejak ada istilah Christianoi dan semakin banyak pengikut Mesias non Yahudi maka berkembanglah istilah Kristen dan melebar dari Yerusalem sampai wilayah Asia Kecil, Asia, Afrika, Eropa dan berkembang menjadi kerajaan-kerajaan Kristen. Sejak awal, Kekristenan (istilah yang populer kemudian) adalah anak kandung dari ibu Yudaisme.

Setelah kita mengkaji apa dan bagaimana Yudaisme yang berpusat pada Tuhan YHWH sebagai Pencipta dan Torah sebagai Kitab Suci, maka Yudaisme memelihara empat pilar ibadah yaitu: Ibadah Harian (Tefilah), Ibadah Pekanan (Sabat), Ibadah Bulanan (Rosh Qodesh) serta Ibadah Tahunan (Moedim).
Kita akan membahas mengenai Moedim yang artinya “hari yang ditetapkan” atau “Hari-hari perayaan”. Di Sinai YHWH memberikan Torah. Dalam Torah, YHWH menetapkan Moedim(waktu-waktu yang tetap) atau hari-hari raya yang berjumlah tujuh (sheva moedim). Ketujuh perayaan tersebut adalah (Imamat 23:1-44) sbb:

  1. Pesakh (14 Nisan)
  2. Ha Matsah (15 Nisan)
  3. Sfirat ha Omer (menghitung omer setelah shabat moedim)
  4. Shavuot (hari kelimapuluh setelah menghitung omer)
  5. Yom Truah /Rosh ha Shanah (1 Tishri)
  6. Yom Kippur (10 Tishri)
  7. Sukkot (15-21 Tishri)

Yesus dan murid-muridnya melaksanakan hari-hari raya tersebut. Yesus merayakan Sukkot/ Pondok Daun (Yoh 7:2). Rasul Paul merayakan Shavuot/ Pentakosta (Kis 20:16). Sampai akhirnya genap waktunya karya Mesianis Yesus dimeteraikan, maka setiap urutan hari raya diberi makna baru oleh Yesus sebagai gambaran akan karya Mesianisnya yang meliputi kematian, kebangkitan, serta kedatangannya kembali.

Kita telaah secara singkat. Perayaan Paskah (Pesakh). Perayaan ini menunjuk pada peringatan terluputnya nenek moyang Israel dari tulah YHWH melalui olesan darah di tiap palang pintu orang Israel (Im 23:5). Dalam Perjanjian Baru, Pesakh menunjuk pada pengorbanan Mesias di kayu salib. Yesus menghubungkan roti tidak beragi dalam Pesakh dan anggur pada tubuhnya yang akan dikorbankan dan darahnya yang akan dicurahkan bagi penebusan atas kutuk dosa yaitu maut sebagaimana dikatakan:

Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22:19-20).

Rasul Paul menegaskan kembali makna Pesakh dan pengorbanan Yesus di kayu salib dengan mengatakan demikian: “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias” (2 Kor 5:17).

Perayaan Buah Sulung (Ha Bikurim/Sfirat ha Omer). Perayaan ini menunjuk hari raya panen Bangsa Yisrael setelah memasuki tanah Kanaan. Tiap jatuh panen mempersembahkan buah sulung panen dan menghitung omer (Im 23:9-14). Dalam Perjanjian Baru perayaan ini menunjuk pada kebangkitan Yesus dari maut. Peristiwa kebangkitan Yesus Sang Mesias dari alam maut terjadi pada hari minggu (sekitar sabtu malam dan kubur kosong ditemukan minggu pagi) dan ini sangat cocok dengan perayaan Buah Sulung berdasarkan perhitungan mazhab Saduki yang menetapkan jatuhnya Buah Sulung pada hari minggu. Rasul Paul menghubungkan kebangkitan Yesus dari kematian dengan perayaan Buah Sulung dengan mengatakan demikian:

Tetapi yang benar ialah, bahwa Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Kor 15:20)

Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Mesias sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” (1 Kor 15:23)

Dialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu” (Kol 1:18)

Setelah kita menelaah contoh perayaan di atas dan korelasinya dengan karya Mesianis Yesus, lantas peristiwa keagamaan apakah yang melatarbelakangi pernyataan Yohanes saat beliau berseru, “"Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk YHWH, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari YHWH” (Luk 3:3-6)?

Konteks keagamaan Yudaisme zaman itu adalah saat orang-orang Yahudi melaksanakan Yom Truah (Peniupan Shofar) atau Rosh ha Shanah (Tahun Baru Ibrani). Apa itu Yom Truah dan apakah karakteristik hari raya tersebut sehingga kita menyimpulkan bahwa orang-orang Yahudi zaman itu sedang merayakan Yom Truah?

Perayaan ini menunjuk pada peniupan shofar (tanduk domba yang panjang) sebagai penanda tahun baru sipil Ibrani dan juga peringatan penghakiman YHWH. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada kedatangan Mesias yang kedua sebagai Hakim Yang Adil.

Barney Kasdan dalam bukunya berjudul God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays memberikan penjelasan mengenai Rosh ha Shanah sbb: “Tujuan hari raya ini diungkapkan dengan satu kata yaitu pengumpulan kembali”. Karena hari raya ini mengajak semua orang Yisrael untuk kembali kepada iman yang murni kepada Tuhan. Rosh ha Shanah mewakili hari pertobatan. Ini adalah hari dimana Bangsa Israel mengambil persediaan kondisi spiritual mereka dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tahun baru yang akan datang akan berkenan pada Tuhan.
Selama bulan Elul atau Tishri memiliki makna spiritual yang mendalam bagi orang Yisrael. Para rabbi menekankan bahwa dari tangal 1 Tishri sampai tgl 10 Tishri (jatuhnya Yom Kippur) merupakan hari persiapan rohani yang khusus. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa selama bulan Elul atau Tishri, Moshe naik ke Bukit Sinai untuk memperoleh Loh Torah yang kedua dan dia turun pada saat Yom Kippur (Pirke De Rabbi Eliezer 46).
Dalam sinagog-sinagog, shofar (terompet dari tanduk domba) dibunyikan setiap hari untuk memberi peringatan orang beriman bahwa waktu untuk pertobatan telah tiba. Banyak kaum Orthodox Yahudi (Orthodox Jew) melakukan ritual penyucian diri dengan melakukan baptisan air (tevilah mikveh) untuk melambangkan pembersihan hati. Karena hari ini dipahami sebagai hari pertobatan maka suasana perayaan diliputi oleh suasana penyesalan diri, namun demikian selalu dengan sebuah harapan adanya pengampunan dosa oleh Tuhan. Dalam keluarga-keluarga tradisional Yahudi, petang hari saat jatuh Rosh ha Shanah dimulai dengan pesta perayaan makan malam dengan banyak hidangan khas (customary dishes,Ing). Setiap sinagog menghentikan aktivitas pelayanan petang hari saat jatuh Rosh ha Shanah namun keesokkan harinya akan dihabiskan dengan ibadah.
Liturgi, musik dan doa menekankan pengulangan tema pertobatan, kembali kepada Tuhan. Dikarenakan ini merupakan hari Shabat, maka seluruh kegiatan dan aktivitas seperti sekolah dan pekerjaan dihentikan untuk melaksanakan hari raya ini dengan benar. Pada keluarga Yahudi tradisional lainnya pada siang hari saat jatuh Rosh ha Shanah, mereka akan menghabiskan waktu untuk berada di pantai, aliran sungai untuk melaksanakan ritual kuno dengan nama Tashlik yang artinya “membuang”. Kata ini diambil dari Mikha 7:19, “Biarlah Dia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan (taslik) segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”. Untuk menghayati kebenaran yang indah ini, keluarga Yahudi biasanya melempar remukan roti atau membuang kerikil ke dalam air sungai dan menikmati janji Tuhan mengenai pengampunan-Nya.

Pada hari tersebut ditandai pula dengan saling mengirim kartu ucapan selamat Tahun Baru dengan isi doa dan harapan tentang berkat Tuhan. Kebiasaan yang nampak saat itu adalah peniupan shofar. Di sinagog, shofar akan dibunyikan dalam empat suara yang berbeda yaitu Tekiah (suara yang panjang), Shevarim (nada terputus), Teruah(peringatan), Tekiah Gedolah (keras memekakan telinga dan panjang). Penggunaan shofar dalam Kitab Suci dan sejarah Israel kuno al., memuliakan raja, peringatan peperangan. Dengan peniupan shofar dalam konteks perayaan Rosh ha Shana adalah untuk “membangunkan”, suatu panggilan untuk melaksanakan hari raya.

Selain dikaitkan dengan tema pertobatan, hari raya ini dihubungkan juga dengan tema prophetik atau peristiwa yang akan datang. Banyak literatur para rabbi Yahudi menghubungkan Rosh ha Shanah dengan hari pengumpulan orang Israel dan orang-orang yang sudah mati dan Mesias akan menjadi perantara pengumpulan tersebut sebagaimana dituliskan dalam salah satu literatur Abad VIII Ms sbb: “Mesias Putra Dawid, Eli-Yah dan Zerubavel – damai atas mereka- akan turun di Bukit Zaitun. Dan Mesias akan memerintahkan Eli-Yah meniup shofar. Cahaya enam hari Penciptaan akan kembali dan terlihat, cahaya bulan akan seterang matahari, dan Tuhan akan mengirim kesembuhan sepenuhnya atas semua orang Israel yang sakit. Tiupan Eli-Yah yang kedua akan menyebabkan orang mati bangkit. Mereka akan bangkit dari dalam debu dan mengenali sesama mereka, suami dan istri mereka, ayah, anak, saudara dengan saudara. Seua akan datang kepada Mesias dari keempat pencuru bumi, dari timur dan barat, dari utara dan selatan. Anak-anak Israel akan terbang pada sayap burungrajawali menghampiri Mesias…” (Ma’ashe Daniel).

Kita sudah dapatkan kata kunci perayaan Yom Truah atau Rosh ha Shanah yaitu pertobatan dan pembaruan diri serta pengadilan akhir zaman. Tema yang sama digemakan oleh Yohanes Pembaptis saat beliau mempersiapkan kedatangan Mesias dengan berkata, “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni dosamu” (Luk 3:3). Bahkan Yesus Sang Mesias memulai karya Mesianisnya pada Bulan Tishri saat orang Yahudi merayakan Yom Truah dengan ditandai pertobatan dan pembaruan diri sebagaimana disaksikan, “Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk 3:21-22).

Mari kita telaah ajakan Yohanes Pembaptis mengenai pertobatan untuk kita renungkan dalam suasana perayaan Rosh ha Shanah kali ini. Apakah Pertobatan itu? Kata pertobatan dalam bahasa Ibraninya Teshuvah dari akar kata Shuv yang bermakna “berpaling”, “berbalik” (beshuvah, Yes 30:15/weshav, Yer 18:8/shuvu wehashivu, Yekhz 18:30). Dalam bahasa Yunaninya dibagi dua yaitu Metanoia (perubahan pikiran) danEpistrophe (perubahan perilaku). Dengan demikian kata pertobatan selalu mengandaikan tindakan berpaling dari kejahatan dan perubahan pola pikir dan perilaku hidup yang berdosa.

Yohanes memberikan penjelasan makna pertobatan dan aplikasinya dalam berbagai situasi kehidupan saat orang-orang bertanya. Jika dia seorang pemungut cukai yang biasa melakukan penagihan dan manipulasi maka menjadi seorang pemungut cukai yang bertobat bukan bermakna meninggalkan pekerjaannya tersebut melainkan mengubah tindakannya yang jahat dengan cara, "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu” (Luk 3:13). Jika dia seorang prajurit yang biasa mempertontonkan kekerasan dan kesombongan, Yohanes bersabda, "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (Luk 3:14).

Pertobatan bukan berarti meninggalkan pekerjaan dan menekuni dunia spiritual dan keagamaan. Pertobatan bermakna mengubah pola pikir dan perilaku dengan membuang segala bentuk kejahatan dalam pikiran dan tindakan yang kita bawa dalam berbagai pekerjaan dan status sosial kita. Kita harus membuang mentalitas korupsi dan menyuap untuk mendapatkan jabatan dan kedudukan. Kita harus membuang sikap menjilat untuk mendapatkan promosi. Kita harus membuang sikap lalim dan semena-mena sebagai pimpinan. Kita harus membuang sikap tidak adil dan menindas terhadap pegawai kita.

Oleh karenanya Yohanes bersabda, “Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Tuhan dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!” (Luk 3;8)


Marilah perayaan Rosh ha Shanah 1 Tishri 5774 (4 September 2013) kita hayati dengan meninggalkan berbagai pikiran dan perbuatan yang mendatangkan kemurkaan Tuhan dan marilah kita menghasilkan buah-buah perbuatan yang mencerminkan pertobatan di segala bidang kehidupan.


Shameakh Yom Truah 1 Tishri 5774 – 4 September 2013


 http://bet-midrash.blogspot.com/2013/09/hidup-menghasilkan-buah-buah-pertobatan.html

Buah Pertobatan

HIDUP MENGHASILKAN BUAH-BUAH PERTOBATAN

September 4, 2013 at 7:10pm
Midrash Lukas 3:1-22 (Nats: Luk 3:8)


Ketika kita membaca pernyataan berikut, “Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar
Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Tuhan kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun” (Luk 3:1-2), kita hanya mendapatkan latar belakang sosial politik ketika Yohanes melaksanakan tugas mempersiapkan kedatangan Mesias.


Dapatkah kita mendapatkan keterangan mengenai latar belakang munculnya pernyataan dan kotbah Yohanes Pembaptis sbb: “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk YHWH, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari YHWH” (Luk 3:3-6).

Pernyataan Yohanes di atas dapat kita telusuri dengan melacak jejak dan latar belakang keagamaan orang Yahudi yaitu Yudaisme yang mengalami perjalanan panjang hingga mencapai bentuk modernya saat ini. Apakah Yudaisme dan mengapa Yudaisme?

Yudaisme adalah agama orang Israel (Yahudi) yang berpusatkan pada Tuhan YHWH sebagai Pencipta dan Torah-Nya yang diberikan sebagai pedoman spiritual dan moralitas. Yohanes adalah bagian dari Yudaisme. Yesus adalah bagian dari Yudaisme. Paulus, Yakobus, Petrus dan semua tokoh yang berhubungan dengan Yesus adalah bagian dari Yudaisme.

Yesus, Paulus, Yakobus, Petrus, Yohanes dan orang-orang di seputar Yesus bukan Kristen dan tidak pernah mendirikan agama Kristen. Mereka semua bagian dari sistem keagamaan Yudaisme dengan pemahaman mengenai Akidah (Emunah), Ibadah (Avodah) serta Akhlaq (Halakah) yang khas Yudaisme. Perbedaannya adalah ketika Yesus menyatakan dirinya adalah Mesias dan Anak Tuhan dan menawarkan kehidupan kekal kepada barangsiapa yang mempercayai dirinya, maka terpecahlah pemahaman banyak orang Yahudi saat itu. Sebagian menolak dan sebagian menerima.

Puncak penolakkan orang Yahudi adalah saat mereka mengadili dan menyiksa serta menyalibkan Yesus di bukit Golgota. Mereka yang percaya dirinya Mesias menerima kebangkitannya dari kematian sebagai peristiwa nyata dan menyelamatkan. Sementara mereka yang menolak menyatakan bahwa itu adalah dusta para murid Yesus.

Kelak, ketika pemberitaan Injil mengenai karya Mesianis Yesus yang mati di kayu salib dan bangkit dari kematian diberitakan hingga luar Yerusalem, terbentuklah dua komunitas jemaat yaitu jemaat Mesias Yahudi dan jemaat Mesias non Yahudi. Jemaat Mesias Yahudi kelak disebut dengan Christianoi (Kis 11:24) dan berpusat di Anthiokhia yang kelak akan menjadi Kristen Ortodox, Katolik, Protestan dan pecahan-pecahan lainnya. Sementara komunitas jemaat Mesias Yahudi disebut dengan Nazoraios atau Nazarene(Kis 24:5).

Sejak ada istilah Christianoi dan semakin banyak pengikut Mesias non Yahudi maka berkembanglah istilah Kristen dan melebar dari Yerusalem sampai wilayah Asia Kecil, Asia, Afrika, Eropa dan berkembang menjadi kerajaan-kerajaan Kristen. Sejak awal, Kekristenan (istilah yang populer kemudian) adalah anak kandung dari ibu Yudaisme.

Setelah kita mengkaji apa dan bagaimana Yudaisme yang berpusat pada Tuhan YHWH sebagai Pencipta dan Torah sebagai Kitab Suci, maka Yudaisme memelihara empat pilar ibadah yaitu: Ibadah Harian (Tefilah), Ibadah Pekanan (Sabat), Ibadah Bulanan (Rosh Qodesh) serta Ibadah Tahunan (Moedim).
Kita akan membahas mengenai Moedim yang artinya “hari yang ditetapkan” atau “Hari-hari perayaan”. Di Sinai YHWH memberikan Torah. Dalam Torah, YHWH menetapkan Moedim(waktu-waktu yang tetap) atau hari-hari raya yang berjumlah tujuh (sheva moedim). Ketujuh perayaan tersebut adalah (Imamat 23:1-44) sbb:

  1. Pesakh (14 Nisan)
  2. Ha Matsah (15 Nisan)
  3. Sfirat ha Omer (menghitung omer setelah shabat moedim)
  4. Shavuot (hari kelimapuluh setelah menghitung omer)
  5. Yom Truah /Rosh ha Shanah (1 Tishri)
  6. Yom Kippur (10 Tishri)
  7. Sukkot (15-21 Tishri)

Yesus dan murid-muridnya melaksanakan hari-hari raya tersebut. Yesus merayakan Sukkot/ Pondok Daun (Yoh 7:2). Rasul Paul merayakan Shavuot/ Pentakosta (Kis 20:16). Sampai akhirnya genap waktunya karya Mesianis Yesus dimeteraikan, maka setiap urutan hari raya diberi makna baru oleh Yesus sebagai gambaran akan karya Mesianisnya yang meliputi kematian, kebangkitan, serta kedatangannya kembali.

Kita telaah secara singkat. Perayaan Paskah (Pesakh). Perayaan ini menunjuk pada peringatan terluputnya nenek moyang Israel dari tulah YHWH melalui olesan darah di tiap palang pintu orang Israel (Im 23:5). Dalam Perjanjian Baru, Pesakh menunjuk pada pengorbanan Mesias di kayu salib. Yesus menghubungkan roti tidak beragi dalam Pesakh dan anggur pada tubuhnya yang akan dikorbankan dan darahnya yang akan dicurahkan bagi penebusan atas kutuk dosa yaitu maut sebagaimana dikatakan:

Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22:19-20).

Rasul Paul menegaskan kembali makna Pesakh dan pengorbanan Yesus di kayu salib dengan mengatakan demikian: “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias” (2 Kor 5:17).

Perayaan Buah Sulung (Ha Bikurim/Sfirat ha Omer). Perayaan ini menunjuk hari raya panen Bangsa Yisrael setelah memasuki tanah Kanaan. Tiap jatuh panen mempersembahkan buah sulung panen dan menghitung omer (Im 23:9-14). Dalam Perjanjian Baru perayaan ini menunjuk pada kebangkitan Yesus dari maut. Peristiwa kebangkitan Yesus Sang Mesias dari alam maut terjadi pada hari minggu (sekitar sabtu malam dan kubur kosong ditemukan minggu pagi) dan ini sangat cocok dengan perayaan Buah Sulung berdasarkan perhitungan mazhab Saduki yang menetapkan jatuhnya Buah Sulung pada hari minggu. Rasul Paul menghubungkan kebangkitan Yesus dari kematian dengan perayaan Buah Sulung dengan mengatakan demikian:

Tetapi yang benar ialah, bahwa Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Kor 15:20)

Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Mesias sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” (1 Kor 15:23)

Dialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu” (Kol 1:18)

Setelah kita menelaah contoh perayaan di atas dan korelasinya dengan karya Mesianis Yesus, lantas peristiwa keagamaan apakah yang melatarbelakangi pernyataan Yohanes saat beliau berseru, “"Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk YHWH, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari YHWH” (Luk 3:3-6)?

Konteks keagamaan Yudaisme zaman itu adalah saat orang-orang Yahudi melaksanakan Yom Truah (Peniupan Shofar) atau Rosh ha Shanah (Tahun Baru Ibrani). Apa itu Yom Truah dan apakah karakteristik hari raya tersebut sehingga kita menyimpulkan bahwa orang-orang Yahudi zaman itu sedang merayakan Yom Truah?

Perayaan ini menunjuk pada peniupan shofar (tanduk domba yang panjang) sebagai penanda tahun baru sipil Ibrani dan juga peringatan penghakiman YHWH. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada kedatangan Mesias yang kedua sebagai Hakim Yang Adil.

Barney Kasdan dalam bukunya berjudul God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays memberikan penjelasan mengenai Rosh ha Shanah sbb: “Tujuan hari raya ini diungkapkan dengan satu kata yaitu pengumpulan kembali”. Karena hari raya ini mengajak semua orang Yisrael untuk kembali kepada iman yang murni kepada Tuhan. Rosh ha Shanah mewakili hari pertobatan. Ini adalah hari dimana Bangsa Israel mengambil persediaan kondisi spiritual mereka dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tahun baru yang akan datang akan berkenan pada Tuhan.
Selama bulan Elul atau Tishri memiliki makna spiritual yang mendalam bagi orang Yisrael. Para rabbi menekankan bahwa dari tangal 1 Tishri sampai tgl 10 Tishri (jatuhnya Yom Kippur) merupakan hari persiapan rohani yang khusus. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa selama bulan Elul atau Tishri, Moshe naik ke Bukit Sinai untuk memperoleh Loh Torah yang kedua dan dia turun pada saat Yom Kippur (Pirke De Rabbi Eliezer 46).
Dalam sinagog-sinagog, shofar (terompet dari tanduk domba) dibunyikan setiap hari untuk memberi peringatan orang beriman bahwa waktu untuk pertobatan telah tiba. Banyak kaum Orthodox Yahudi (Orthodox Jew) melakukan ritual penyucian diri dengan melakukan baptisan air (tevilah mikveh) untuk melambangkan pembersihan hati. Karena hari ini dipahami sebagai hari pertobatan maka suasana perayaan diliputi oleh suasana penyesalan diri, namun demikian selalu dengan sebuah harapan adanya pengampunan dosa oleh Tuhan. Dalam keluarga-keluarga tradisional Yahudi, petang hari saat jatuh Rosh ha Shanah dimulai dengan pesta perayaan makan malam dengan banyak hidangan khas (customary dishes,Ing). Setiap sinagog menghentikan aktivitas pelayanan petang hari saat jatuh Rosh ha Shanah namun keesokkan harinya akan dihabiskan dengan ibadah.
Liturgi, musik dan doa menekankan pengulangan tema pertobatan, kembali kepada Tuhan. Dikarenakan ini merupakan hari Shabat, maka seluruh kegiatan dan aktivitas seperti sekolah dan pekerjaan dihentikan untuk melaksanakan hari raya ini dengan benar. Pada keluarga Yahudi tradisional lainnya pada siang hari saat jatuh Rosh ha Shanah, mereka akan menghabiskan waktu untuk berada di pantai, aliran sungai untuk melaksanakan ritual kuno dengan nama Tashlik yang artinya “membuang”. Kata ini diambil dari Mikha 7:19, “Biarlah Dia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan (taslik) segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”. Untuk menghayati kebenaran yang indah ini, keluarga Yahudi biasanya melempar remukan roti atau membuang kerikil ke dalam air sungai dan menikmati janji Tuhan mengenai pengampunan-Nya.

Pada hari tersebut ditandai pula dengan saling mengirim kartu ucapan selamat Tahun Baru dengan isi doa dan harapan tentang berkat Tuhan. Kebiasaan yang nampak saat itu adalah peniupan shofar. Di sinagog, shofar akan dibunyikan dalam empat suara yang berbeda yaitu Tekiah (suara yang panjang), Shevarim (nada terputus), Teruah(peringatan), Tekiah Gedolah (keras memekakan telinga dan panjang). Penggunaan shofar dalam Kitab Suci dan sejarah Israel kuno al., memuliakan raja, peringatan peperangan. Dengan peniupan shofar dalam konteks perayaan Rosh ha Shana adalah untuk “membangunkan”, suatu panggilan untuk melaksanakan hari raya.

Selain dikaitkan dengan tema pertobatan, hari raya ini dihubungkan juga dengan tema prophetik atau peristiwa yang akan datang. Banyak literatur para rabbi Yahudi menghubungkan Rosh ha Shanah dengan hari pengumpulan orang Israel dan orang-orang yang sudah mati dan Mesias akan menjadi perantara pengumpulan tersebut sebagaimana dituliskan dalam salah satu literatur Abad VIII Ms sbb: “Mesias Putra Dawid, Eli-Yah dan Zerubavel – damai atas mereka- akan turun di Bukit Zaitun. Dan Mesias akan memerintahkan Eli-Yah meniup shofar. Cahaya enam hari Penciptaan akan kembali dan terlihat, cahaya bulan akan seterang matahari, dan Tuhan akan mengirim kesembuhan sepenuhnya atas semua orang Israel yang sakit. Tiupan Eli-Yah yang kedua akan menyebabkan orang mati bangkit. Mereka akan bangkit dari dalam debu dan mengenali sesama mereka, suami dan istri mereka, ayah, anak, saudara dengan saudara. Seua akan datang kepada Mesias dari keempat pencuru bumi, dari timur dan barat, dari utara dan selatan. Anak-anak Israel akan terbang pada sayap burungrajawali menghampiri Mesias…” (Ma’ashe Daniel).

Kita sudah dapatkan kata kunci perayaan Yom Truah atau Rosh ha Shanah yaitu pertobatan dan pembaruan diri serta pengadilan akhir zaman. Tema yang sama digemakan oleh Yohanes Pembaptis saat beliau mempersiapkan kedatangan Mesias dengan berkata, “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni dosamu” (Luk 3:3). Bahkan Yesus Sang Mesias memulai karya Mesianisnya pada Bulan Tishri saat orang Yahudi merayakan Yom Truah dengan ditandai pertobatan dan pembaruan diri sebagaimana disaksikan, “Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk 3:21-22).

Mari kita telaah ajakan Yohanes Pembaptis mengenai pertobatan untuk kita renungkan dalam suasana perayaan Rosh ha Shanah kali ini. Apakah Pertobatan itu? Kata pertobatan dalam bahasa Ibraninya Teshuvah dari akar kata Shuv yang bermakna “berpaling”, “berbalik” (beshuvah, Yes 30:15/weshav, Yer 18:8/shuvu wehashivu, Yekhz 18:30). Dalam bahasa Yunaninya dibagi dua yaitu Metanoia (perubahan pikiran) danEpistrophe (perubahan perilaku). Dengan demikian kata pertobatan selalu mengandaikan tindakan berpaling dari kejahatan dan perubahan pola pikir dan perilaku hidup yang berdosa.

Yohanes memberikan penjelasan makna pertobatan dan aplikasinya dalam berbagai situasi kehidupan saat orang-orang bertanya. Jika dia seorang pemungut cukai yang biasa melakukan penagihan dan manipulasi maka menjadi seorang pemungut cukai yang bertobat bukan bermakna meninggalkan pekerjaannya tersebut melainkan mengubah tindakannya yang jahat dengan cara, "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu” (Luk 3:13). Jika dia seorang prajurit yang biasa mempertontonkan kekerasan dan kesombongan, Yohanes bersabda, "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (Luk 3:14).

Pertobatan bukan berarti meninggalkan pekerjaan dan menekuni dunia spiritual dan keagamaan. Pertobatan bermakna mengubah pola pikir dan perilaku dengan membuang segala bentuk kejahatan dalam pikiran dan tindakan yang kita bawa dalam berbagai pekerjaan dan status sosial kita. Kita harus membuang mentalitas korupsi dan menyuap untuk mendapatkan jabatan dan kedudukan. Kita harus membuang sikap menjilat untuk mendapatkan promosi. Kita harus membuang sikap lalim dan semena-mena sebagai pimpinan. Kita harus membuang sikap tidak adil dan menindas terhadap pegawai kita.

Oleh karenanya Yohanes bersabda, “Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Tuhan dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!” (Luk 3;8)


Marilah perayaan Rosh ha Shanah 1 Tishri 5774 (4 September 2013) kita hayati dengan meninggalkan berbagai pikiran dan perbuatan yang mendatangkan kemurkaan Tuhan dan marilah kita menghasilkan buah-buah perbuatan yang mencerminkan pertobatan di segala bidang kehidupan.


Shameakh Yom Truah 1 Tishri 5774 – 4 September 2013

Senin, 11 November 2013

KEPADA SIAPA KITA MENYEMBAH

April 20, 2013 at 5:07pm
A. Aku dulu penyembah Patung,aku dulu penyembah roh-roh orang yang sudah meninggal,aku dulu percaya pada roh-roh nenek moyang, tapi setelah saya tau dan mengeti bahwa:
1. Menyembah patung adalah suatu kebodohan bagiKu (Yesaya 44: 9-20)
2. Menyembah patung melanggar firman Tuhan (Keluaran 20 : 3-5)
3. Saudara dalam Yesaya 40 : 18-20 "Jadi dengan siapakah hendak kamu samakan Tuhan ,dan apa yang kamu anggap serupa dengan Dia? Patungka ?Tukang besi menuangnya,dan pandai emas melapisinya dengan emas,membuat rantai-rantai perak untuknya. Orang yang mendirikan arca, memilih kayu yang tidak lekas busuk mencari tukang yang ahli untuk menegakkan patung yang tidak lekas goyang.
Firman Tuhan Keluaran 40: 25 "Dengan siapakah hendak kamu samakan aku, seakan-akan aku sama seperti dia (Patung) ?Firman yang Mahakudus"
Keluaran 40 :28 "Tidakkah kau tahu,dan tidakkah kau dengar ? YHWH(YaHWeH) ialah Tuhan kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesuh,tidak terduga pengertiannya.
4. Tuhan (YHWH) Menentang berhala-berhala Yesaya 41 : 21-29
Saudara setelah kita tau dan sadar bahwa Tuhan (Bapak YHWH) menentang berhala-berhala, apakah saudara masih mau mempertahankan diri sebagai penyembah patung? Jelas-jelas menyembah patung adalah melawan firman Tuhan,,kalo melawan firman Tuhan berarti kita memusuhi Tuhan.
Dalam Yesaya 44 : 9 "orang yang membentuk patung semuanya adalah kesia-siaan,dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah berfaedah.Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu."
Melihat ayat firman Tuhan ini apakah saudara masih mau mempertahankan diri sebagai penyembah patung?

B. Bertenung dan bernubuat (Keluaran 18 : 9-21)
1.Jangan menjadi petenung,seorang peramal,seorang penelaah,seorang penyihir (Ulangan 18 :10b)
2. Jangan minta petunjuk atau bertanya pada seorang pemantra atau yang bertanya kepada arwah, atau kepada roh peramal,atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang yang mati (Ulangan 18:11)
Ini semua adalah kekejian bagi Bapa YHWH Tuhan kita,,,
Tentukan sikap saudara, mau mentaati Firman Tuhan atau mentaati tradisi nenek moyang yang menentang firman Tuhan?
4."Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun,tidak berbicara; Orang harus mengangkatnya,sebab tidak dapat melangkah.Janganlah takut kepadanya,sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat,dan berbuat baikpun tidak dapat." (Yeremia 10 :5)
5.Berhala itu semuanya bodoh dan dungu; petunjuk dewa itu sia-sia,karena ia hanyalah kayu belaka.(Yeremia 10:8)
6. Berhala itu buatan tukang,dan buatan tangan pandai emas.Pakayannya dari kain ungu tua dan kain ungu muda,semuanya buatan orang-orang ahli. tetapi TUHAN (Bapa YHWH) adalah Tuhan yang benar,Dialah Tuhan yang hidup dan raja yang kekal.Bumi Goncang karena murkanya,Dan Bangsa-bangsa tidak tahan akan geramnya".(Yeremia 10:9b-10)
Tentukan sikap saudara,,,mau bertahan dengan hal yang sia-sia seperti telah dijelaskan di atas atau mau mengikuti firman Tuhan yang telah menciptakan kita dan nenek moyang kita?
Bapa YaHWeH di dalam Nama Tuhan Yeshua memberkati Kita semua Amin,,,,..!